Kamis, 09 Februari 2012

Atjeh Lam Seujarah


                            anggota Palang Merah nyang bantu evakuasi korban prang jameun dilee:




Serdadu-serdadu dari Maluku yg dikirim ke Aceh oleh Belanda



masa endatu jameun





 (Prajurit diatur oleh kediaman Kolonel JB dari Heutsz ke Koetaradja pada kesempatan kepada instalasi sipil dan militer sebagai Gubernur Aceh)



(Jalan kereta api ke Lambaroe ke Peuniti dekat Koetaradja)


(Kratonlaan ke Koetaradja)



(Prajurit diatur oleh kediaman Kolonel JB dari Heutsz ke Koetaradja pada kesempatan kepada instalasi sipil dan militer sebagai Gubernur Aceh)





SULTAN ISKANDAR MUDA



(Kedatangan Sultan Potjoet Moerong ke pelabuhan Oeleëlheuë ke Koetaradja)




Salah satu wanita yang mungkin Teukoe Oemar Poeloraja dekat kota di sebelah timur pantai barat Aceh terletak Poelau Raja



Staf Kantor Publik Gliëng untuk tinggal di Aceh



Rumah dari Teukoe Kali di Aceh



Berdiri dari kiri ke kanan: Muhammad Arif, hoofddjaksa di pengadilan Koetaradja; Teukoe Mach Courage dari Lamtenga, setengah saudara Teukoe Baid; Ketjiq Oemar Lampisang, utusan Teukoe Oemar; Hadji Abdullah, pengarang asisten penduduk; Teukoe NJA Daoed, hoeloebalang dari Bolohan; Teukoe NJA Mohamad, wakil kepala IX Moekims; Teukoe NJA Mohamad, adat dai, asisten penduduk HPA Bakker, Hadji Abdullah, hoofdpenghoeloe; wakil dari Joesoef Lohong; Wakil djaksa Abu Bakr, pengarang asisten penduduk AJC de Neve, tidak diketahui, Controller J.B. Leon. Duduk dari kiri ke kanan: Pang Medsjid Lima rajah kaya besar, mungkin dari sebuah hoeloebalang [?] Moekims; Teukoe Sjech Toenkoep; Teukoe Neq Moeda Setia Radjah; Pangeran Hoesain; Teukoe Njah Bantah dari Lamreng, sagihoofd dari Moekims XVI; Teukoe Mali Adil Cool , turun temurun pengadilan tertinggi di Aceh





Pejabat dan kelompok prajurit untuk akomodasi dari Teukoe Pang Lima Polem II Glejeuëng sekitar Seulimeum, kiranya mereka setelah invasi di 1896





Rumoh Blangkolak Takengon







*Marechaussée*

Marechaussée sendiri sebenarnya merupakan unit pasukan kepolisian, yang berakar pada masa penjajahan Prancis di Belanda. Berdasarkan dekrit Republik Bataaf yang didirikan oleh Prancis, pada 4 Februari 1803 dibentuk unit kepolisian yang dinamakan Marechaussée, namun tidak langsung dilaksanakan. Pada 1805 dibentuk satu unit Gendarmerie (semacam Brigade Mobil - Brimob), dan baru pada 26 Oktober 1814, setelah Republik Bataaf diganti dengan Kerajaan Belanda (wangsa Oranye), berdasarkan dekrit no. 498 yang dikeluarkan oleh Raja Belanda, Willem I, secara definitif dibentuk Koninklijke Marechaussée.

Kata Marechaussée sendiri mempunyai akar yang sangat panjang, yaitu sejak masa pengadilan kuno di Paris tahun 1370 yang dinamakan “Tribunal of Constables and Marshals of France”. Constable dan Marshall ini kemudian menjadi anggota Gendarmerie, yang merupakan kekuatan kepolisian untuk Belanda dan Belgia.

Marechaussée yang dikenal di Indonesia sebagai Marsose berkembang menjadi kekuatan tempur untuk mengamankan wilayah dan jalanan di Kerajaan Belanda. Selain tugas-tugas kepolisian, Marechaussée juga ditugaskan untuk membantu angkatan perang, terutama di waktu Perang Dunia I, tahun 1914 - 1918. Di masa ini juga Marechaussée ditigaskan di India-Belanda, antara lain dalam perang Aceh dan perang melawan Si Singamangaraja XII di Sumatera Utara, di mana kemudian pada tahun 1917, satuan Marechaussée berhasil mengalahkan dan menewaskan Si Singamangaraja XII.

Marsose / Tentara bayaran yang disewa Belanda pada awalnya banyak digunakan pihak Belanda untuk menumpas Perlawanan rakyat Atjeh, dibelakang hari Marsose berubah menjadi KNIL yakni tentara resmi Belanda di daerah jajahannya, di aceh mereka membantai penduduk aceh dengan sadis dan kejam.








Para Tentara KNIL suku Ambon yg dikenal dengan Belanda Hitam, mereka menangkap dan membunuh rakyat aceh dibawah perintah kolonial Belanda









Sabang Hotel




                   Pesawat sumbangan Rakyat Aceh untuk kemerdekaan Republik Indonesia





Gaya Bangsawan Aceh Tempoe Doeloe



Tidak ada komentar:

Posting Komentar